Minggu, 03 November 2013




Keluarga sakinah, mawaddah warahmah adalah impian setiap pasangan suami istri, baik yang baru menikah (masih bau manten) ataupun yang sudah lama menikah (manten bau). Berbagai cara cerdas dibutuhkan untuk bisa mencapai impian tersebut. Salah satunya adalah bagaimana agar pasangan selalu betah di rumah.

Untuk menarik hati pasangan—dalam hal ini suami—maka titik kuncinya adalah bagaimana istri bisa memberikan kesan yang mendalam terhadap suaminya, bahwa keberadaannya merupakan anugerah dan kebahagiaan paling besar. Karena itu, rumah sebagai poros segala aktivitas dalam kehidupan rumah tangga selalu memegang peranan penting di dalam menciptakan kebahagiaan bagi pasangan suami istri.

Rumah yang nyaman mencakup berbagai hal. Tidak hanya secara fisik rumah tersebut baik, melainkan juga ditunjang dengan para penghuninya yang baik pula. Sebagus apa pun tatanan sebuah rumah, jika penghuninya adalah orang-orang yang egois, individualis, atau acuh tak acuh, semua itu tidak akan melahirkan kebahagiaan di dalamnya.

Lantas, bagaimana cara seorang istri mampu mewujudkan lingkungan sekaligus suasana rumah yang menyenangkan hingga membuat suami betah di rumah? Buku ini akan memandu kaum (calon) istri jurus-jurus menaklukkan hati sang suami di rumah.

Pertama, menjadikan rumah selalu dalam keadaan bersih. Memang tidak ada kewajiban yang dikhususkan bagi istri untuk membersihkan rumah. Itu adalah peran yang bisa dilakukan siapa saja. Pembagian tugas rumah sebetulnya tergantung negosiasi antara suami dan istri. Namun, tidak ada salahnya jika istri mengambil alih tugas menjaga kebersihan rumah demi kenyamanan segenap penghuninya (halaman 147).

Selain itu, seorang istri hendaknya menjaga kebersihan penampilan sebagai faktor penting untuk memunculkan gairah cinta antara suami dan istri. Penampilan yang bersih akan menggiring suami kepada keinginan “lebih”. Tdak mungkin suami akan merasa tertarik kepada istri yang berpenampilan tidak karuan. Jangankan tertarik, melirik pun tak sudi (halaman 81).

Kedua, menyediakan masakan yang disukai suami. Masakan yang cocok dengan selera suami akan memberikan pengaruh positif yang luar biasa. Suami yang benar-benar menikmati masakan istrinya akan selalu rindu pulang untuk makan masakan istrinya. Menu yang membuat suami “ketagihan” tidak harus mahal dan mewah. Menu yang dapat membangkitkan cinta suami adalah menu yang dimasak penuh cinta dan ketulusan (halaman 149-154).
Suami akan merasa sangat beruntung jika memiliki istri yang pandai memasak. Sebab, sang suami akan selalu merasa dimanjakan dengan menu-menu yang mantap dan pas dengan seleranya. Seorang istri bahkan bisa memanjakan suaminya dengan memberikan makan spesial di akhir pekan. Atau, dalam monen-momen tertentu, istri dapat menyuapi sang suami dengan penuh kelembutan. Menyuapi suami akan sangat efektif untuk menarik perhatian suami. Cara ini tentu tatkala anak-anak sudah tidur atau pas sedang di luar rumah.

Termasuk cara berpakaian, seorang istri perlu juga menjaga selera suaminya: apakah sang suami senang jika istrinya berpakaian terang atau gelap. Selain bersih dan wangi, seorang istri dianjurkan mengenakan pakaian yang merangsang nafsu suami. Realitasnya, lelaki memang suka pada wanita bertubuh seksi, apalagi dibalut dengan busana yang menerawang (halaman 82). Bila seorang istri berhasil memenuhi nafsu suami, termasuk dalam hal berbusana, maka tidak akan ada istilah wanita idaman lain.

Ketiga, berkegiatan positif. Sebuah keluarga perlu membiasakan hal-hal positif agar kondisi keluarga selalu ceria dan menyenangkan. Inisiatif untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif harus ada pada diri seorang istri, misalnya, olah raga bersama, bersantai ria seperti tidur-tiduran di teras, pergi ke tempat-tempat wisata, atau berdiskusi dalam rangka membina kepercayaan dan kemesraan antara suami dan istri (halaman 162).

Jika istri bisa menjalankan perannya dengan baik dalam hal mengelola rumah tangga, merawat cinta suaminya, serta mampu menjaga keseimbangan relasi seluruh anggota keluarga di rumah, berarti ia telah menjadi istri yang cerdas. Tentu, menjadi istri yang cerdas membutuhkan kiat-kiat praktis yang mudah dipraktikkan. Dalam konteks inilah hajat buku ini.