![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhmSGdqeNPx7xe8cdaO8ynr3dEVd86oz2YleychR39EPCQ-mutos8Xe5nrie95TO3yVQVcv2jr4xSPRIZcAxrV2cv1hG_d91uhFu6wILStvuZBTXkIxbSvTdmpycHmAcCOnu-Br5uXpPwbq/s320/yt5Cs00FF4.jpg)
Keluarga sakinah, mawaddah warahmah adalah impian
setiap pasangan suami istri, baik yang baru menikah (masih bau manten) ataupun
yang sudah lama menikah (manten bau). Berbagai cara cerdas dibutuhkan untuk
bisa mencapai impian tersebut. Salah satunya adalah bagaimana agar pasangan
selalu betah di rumah.
Untuk menarik hati pasangan—dalam hal ini suami—maka
titik kuncinya adalah bagaimana istri bisa memberikan kesan yang mendalam
terhadap suaminya, bahwa keberadaannya merupakan anugerah dan kebahagiaan
paling besar. Karena itu, rumah sebagai poros segala aktivitas dalam kehidupan
rumah tangga selalu memegang peranan penting di dalam menciptakan kebahagiaan
bagi pasangan suami istri.
Rumah yang nyaman mencakup berbagai hal. Tidak hanya
secara fisik rumah tersebut baik, melainkan juga ditunjang dengan para
penghuninya yang baik pula. Sebagus apa pun tatanan sebuah rumah, jika
penghuninya adalah orang-orang yang egois, individualis, atau acuh tak acuh,
semua itu tidak akan melahirkan kebahagiaan di dalamnya.
Lantas, bagaimana cara seorang istri mampu mewujudkan
lingkungan sekaligus suasana rumah yang menyenangkan hingga membuat suami betah
di rumah? Buku ini akan memandu kaum (calon) istri jurus-jurus menaklukkan hati
sang suami di rumah.
Pertama, menjadikan rumah selalu dalam keadaan bersih.
Memang tidak ada kewajiban yang dikhususkan bagi istri untuk membersihkan
rumah. Itu adalah peran yang bisa dilakukan siapa saja. Pembagian tugas rumah
sebetulnya tergantung negosiasi antara suami dan istri. Namun, tidak ada
salahnya jika istri mengambil alih tugas menjaga kebersihan rumah demi
kenyamanan segenap penghuninya (halaman 147).
Selain itu, seorang istri hendaknya menjaga kebersihan
penampilan sebagai faktor penting untuk memunculkan gairah cinta antara suami
dan istri. Penampilan yang bersih akan menggiring suami kepada keinginan
“lebih”. Tdak mungkin suami akan merasa tertarik kepada istri yang
berpenampilan tidak karuan. Jangankan tertarik, melirik pun tak sudi (halaman
81).
Kedua, menyediakan masakan yang disukai suami. Masakan
yang cocok dengan selera suami akan memberikan pengaruh positif yang luar
biasa. Suami yang benar-benar menikmati masakan istrinya akan selalu rindu
pulang untuk makan masakan istrinya. Menu yang membuat suami “ketagihan” tidak
harus mahal dan mewah. Menu yang dapat membangkitkan cinta suami adalah menu
yang dimasak penuh cinta dan ketulusan (halaman 149-154).
Suami akan merasa sangat beruntung jika memiliki istri
yang pandai memasak. Sebab, sang suami akan selalu merasa dimanjakan dengan
menu-menu yang mantap dan pas dengan seleranya. Seorang istri bahkan bisa
memanjakan suaminya dengan memberikan makan spesial di akhir pekan. Atau, dalam
monen-momen tertentu, istri dapat menyuapi sang suami dengan penuh kelembutan. Menyuapi
suami akan sangat efektif untuk menarik perhatian suami. Cara ini tentu tatkala
anak-anak sudah tidur atau pas sedang di luar rumah.
Termasuk cara berpakaian, seorang istri perlu juga
menjaga selera suaminya: apakah sang suami senang jika istrinya berpakaian
terang atau gelap. Selain bersih dan wangi, seorang istri dianjurkan mengenakan
pakaian yang merangsang nafsu suami. Realitasnya, lelaki memang suka pada
wanita bertubuh seksi, apalagi dibalut dengan busana yang menerawang (halaman
82). Bila seorang istri berhasil memenuhi nafsu suami, termasuk dalam hal
berbusana, maka tidak akan ada istilah wanita idaman lain.
Ketiga, berkegiatan positif. Sebuah keluarga perlu
membiasakan hal-hal positif agar kondisi keluarga selalu ceria dan
menyenangkan. Inisiatif untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif harus ada
pada diri seorang istri, misalnya, olah raga bersama, bersantai ria seperti
tidur-tiduran di teras, pergi ke tempat-tempat wisata, atau berdiskusi dalam
rangka membina kepercayaan dan kemesraan antara suami dan istri (halaman 162).
Jika istri bisa menjalankan perannya dengan baik dalam
hal mengelola rumah tangga, merawat cinta suaminya, serta mampu menjaga
keseimbangan relasi seluruh anggota keluarga di rumah, berarti ia telah menjadi
istri yang cerdas. Tentu, menjadi istri yang cerdas membutuhkan kiat-kiat
praktis yang mudah dipraktikkan. Dalam konteks inilah hajat buku ini.